Tulap Dan Lelaki Tua
Syahdan di sebuah hutan belantara hiduplah raksasa ganas bernama Tulap. Ia dikenal pemangsa manusia dan juga hewan-hewan di hutan. Orang-orang yang berani memasuki hutan belantara itu akan dimangsa Tulap. Setiap hari, Tulap si Raksasa berburu manusia dan juga hewan di wilayah hutan belantara.
Pada suatu hari ketika Tulap si Raksasa tengah berburu, ia mendapati seorang lelaki tua. Segera didekati dan dihardiknya lelaki tua itu, “Apa yang engkau lakukan di sini, hei lelaki tua?”
Tak terkirakan terkejutnya si lelaki tua ketika mendapati Tulap si Raksasa telah berada di dekatnya. Tubuhnya langsung gemetar. Dengan terbata-bata ia menjawab, “Aku sedang men mencari kayu bakar.”
Tulap si Raksasa terlihat senang melihat si lelaki tua ketakutan. Ia tidak ingin memangsa lelaki tua itu ketika itu. Ia pun mengajak si lelaki tua untuk mencari burung untuk santapannya.
Si lelaki tua terpaksa menuruti ajakan Tulap si Raksasa. Jika ia menolak, bisa dipastikannya jika Tulap si Raksasa akan segera memangsanya. Sambil berjalan bersama Tulap, ia akan mencari cara agar terlepas dari raksasa ganas pemangsa manusia itu.
Tulap si Raksasa meminta si lelaki tua berjalan di depannya. Si lelaki tua kian ketakutan. Dengan berjalan di depan Tulap, ia khawatirjika raksasa itu langsung menangkap dan memangsanya. Hingga mereka berjalan beberapa saat, kekhawatiran si lelaki tua tidak terwujud. Tulap si Raksasa tampaknya belum berhasrat memangsa si lelaki tua ketika itu.
Dalam perjalanan itu si lelaki tua melihat peniti dan jarum tergeletak di jalan. Tulap si Raksasa juga melihatnya. Ia malah memerintahkan si lelaki tua untuk mengambil peniti dan jarum itu untuk dibawa pulang ke rumahnya. Keduanya kembali meneruskan perjalanan hingga di sebuah tempat mereka melihat sebuah pohon pisang yang tengah berbuah. Sebagian buah-buah pisang itu telah masak. Tulap si Raksasa memerintahkan si lelaki tua untuk memetik buah-buah pisang yang telah masak. Setelah berjalan beberapa saat, keduanya memutuskan untuk sejenak beristirahat. Ketika itu mereka melihat sebatang kayu pemukul yang biasa digunakan untuk memukul sagu. Tulap si Raksasa memerintahkan si lelaki tua untuk mengambil kayu pemukul itu.
Setelah beristirahat sejenak, mereka kembali meneruskan perjalanan. Dalam perjalanan itu si lelaki tua hampir menginjak seekor tikus jantan besar. Tulap si Raksasa lalu berkata, “Tikus jantan, ikutlah engkau dengan kami untuk mencari makanan yang lezat.”
Tikus jantan yang ketakutan terpaksa menuruti ajakan Tulap si Raksasa. Jika ia menolak atau melarikan diri, niscaya Tulap si Raksasa akan menangkap dan memangsanya.
Dalam perjalanan berikutnya, mereka bertemu dengan seekor lipan besar. Tulap si Raksasa juga mengajak lipan besar itu untuk turut bersamanya. Lipan besar yang takut dimangsa Tulap si Raksasa terpaksa pula menurut. Ia turut bergabung dengan si lelaki tua dan tikus jantan. Tak berapa lama kemudian mereka bertemu dengan seekor burung mutuo yang hendak bertelur. Tulap si Raksasa mengajak burung mutuo itu untuk turut bersamanya. Katanya, “Engkau dapat membuat sarang dan bertelur dengan nyaman di rumahku.”
Burung mutuo terpaksa pula mengikuti ajakan Tulap si Raksasa karena takut dimangsa raksasa ganas itu.
Setelah berjalan beberapa saat, Tulap si Raksasa merasa lelah. Ia ingin beristirahat sejenak. Namun, ia memerintahkan si lelaki tua, tikus jantan, lipan besar, dan burung mutuo untuk berjalan terlebih dulu. Ia akan menyusul kemudian.
Sambil berjalan, si lelaki tua mengungkapkan kekhawatirannya. “Pada akhirnya,” katanya, “Tulap akan memangsa kita semua.”
Ucapan si lelaki tua disetujui tikus jantan, lipan besar, dan burung mutuo. Ketiga hewan itu sangat yakin, setibanya mereka di rumah Tulap, mereka semua akan dimangsa Tulap.
“Lantas, apa langkah yang sebaiknya kita lakukan?” tanya tikus jantan.
“Kita akan terus merasa terancamjika raksasa ganas itu masih hidup,” ujar si lelaki tua. “Satu satunya cara untuk menyelamatkan diri kita masing-masing adalah dengan melenyapkan raksasa ganas itu untuk selama-lamanya!”
Lipan besar mengemukakan pertanyaannya, “Lelaki tua, apakah engkau mempunyai cara untuk itu?”
Setelah merenung beberapa saat, si lelaki tua mengemukakan rencananya. Mereka akan berbagi tugas untuk melenyapkan Tulap si Raksasa. Jika mereka nanti mendapati Tulap telah tertidur, si lelaki tua akan meletakkan jarum dan peniti di dekat tempat Tulap tidur. Ia juga akan meletakkan kulit-kulit pisang di depan pintu rumah Tulap. Si lelaki tua meminta tikus jantan untuk menggigit daun telinga Tulap ketika tidur. Lipan besar bertugas menggigit lengan Tulap. Burung mutuo bertugas mengepak-ngepakkan sayap untuk mematikan lampu di rumah Tulap dan kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya di dekat mata Tulap agar mata Tulap terkena debu.
Tikus jantan, lipan besar, dan burung mutuo menyetujui saran si lelaki tua. Mereka terus mematangkan rencana seraya terus berjalan beriringan menuju rumah Tulap.
Tulap si Raksasa pulang ke rumahnya setelah mendapatkan mangsa. Ia terlihat kekenyangan dan juga kelelahan. Sesampainya di rumah, ia langsung tertidur. Lelap sekali tidurnya raksasa ganas pemangsa manusia dan hewan itu.
Rencana si lelaki tua segera diwujudkan. Si lelaki tua meletakkan jarum dan peniti di dekat Tulap si Raksasa tidur Ia juga memasang kulit-kulit pisang di depan pintu rumah Tulap. Si lelaki tua lantas bersiaga dengan kayu pemukul di balik pintu.
Tikus jantan lalu beraksi. Dengan gigi-giginya yang tajam ia menggigit daun telinga Tulap.
Tulap si Raksasa yang kesakitan langsung terbangun clan bangkit. Dengan kelopak mata yang masih terkatup ia meloncat dari tempat tidurnya. Ketika kedua kakinya menginjak lantai, ia berteriak kesakitan karena kedua kakinya itu terkena jarum dan peniti yang dipasang si lelaki tua. Tulap si Raksasa lantas berniat menuju sumur untuk mencuci wajahnya. Burung mutuo segera beraksi. Ia mengepak-ngepakkan kedua sayapnya hingga lampu di rumah Tulap Si Raksasa menjadi padam. Debu-debu beterbangan di dekat mata Tulap karena burung mutuo itu terus mengepak-ngepakkan kedua sayapnya. Mata Tulap kemasukan debu hingga ia tidak bisa melihat. Dengan meraba-raba ia pun berjalan menuju sumur. Ia hendak membasuh wajahnya untuk menghilangkan debu yang membuatnya tidak bisa melihat.
Giliran lipan besar yang beraksi sesuai rencana yang digagas si lelaki tua. Ia menggigit lengan Tulap hingga Tulap menjerit kesakitan. Tulap si Raksasa mengurungkan niatnya ke sumur. Ia menuju pintu luar rumahnya, tetap dengan berjalan seraya meraba-raba. Tulap langsung jatuh setelah ia menginjak kulit pisang. Keras berdebum ketika tubuh raksasa ganas itu menghentak tanah. Si lelaki tua segera menghantamkan kayu pemukulnya ke kepala Tulap si Raksasa. Begitu keras hantaman itu hingga Tulap roboh terjengkang dan akhirnya tewas.
Si lelaki tua dan tiga hewan itu akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Mereka merasa lega karena terbebas dari bahaya yang mengancam jiwa mereka. Tak ada lagi raksasa ganas yang harus mereka takuti.
esan moral dari Kisah Cerita Rakyat Nusantara : Tulap dan lelaki tua adalah kerjasama, bersatu padu, dan kebersamaan akan menghasilkan kekuatan yang besar hingga dapat mengalahkan sesuatu yang kuat.